Agar mendapatkan pahala dan keberkahan, ada beberapa ibadah wajib yang perlu dilakukan para jemaah haji dan umrah, salah satunya adalah Sa’i. Ibadah yang termasuk dalam rukun ibadah haji dan umrah ini merupakan kegiatan yang sarat akan makna dan keutamaan. 

Ibadah Sa’i sendiri terlahir dari kisah menarik Siti Hajar. Kira-kira apa saja pengertian, tata cara, dan maknanya? Simak informasi lengkapnya berikut ini!

 

Baca juga: Catat! Begini 9 Rangkaian Ibadah Haji dari Awal Sampai Akhir

Pengertian Sa’i

Sumber: Pexel

Seperti yang sudah kami sampaikan di atas, sa’i dilakukan setelah melakukan thawaf, maka jamaah segera menuju bukit Shafa untuk melaksanakan sa’i.

Sa’i merupakan kegiatan berjalan dan berlari-lari kecil yang dilakukan dari Bukit Shafa ke Marwah menempuh jarak kurang lebih 405 meter Begitu sampai di Marwah, mereka harus kembali lagi ke Shafa, dan kegiatan ini dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali.

 

Tata Cara Sa’i

Sumber: pexels.com

 

Untuk memulai Sa’i, jamaah terlebih dahulu menuju puncak bukit Shafa dan menghadap ke ka'bah untuk memuji Allah SWT dan berdoa. Selanjutnya turun dari bukit Shafa menuju bukit Marwah, jemaah dianjurkan untuk melangkah biasa terlebih dahulu. Langkah berjalan ini terus dilakukan sampai mereka menemukan tanda pertama dengan warna hijau.

Dari tanda itu dan seterusnya, barulah jemaah pria dianjurkan untuk mempercepat langkah atau berlari kecil sampai menemukan tanda hijau yang kedua. Sedangkan wanita cukup berjalan biasa. Pada tanda hijau kedua tersebut, jemaah bisa memperlambat langkah dan berjalan kembali.

Setibanya di Bukit Marwah, jemaah haji dianjurkan untuk mencapai puncaknya, menghadap ke Ka'bah, lalu memuji Allah SWT dan memanjatkan doa. Dengan begitu, satu langkah Sa’i sudah selesai.

Apabila mereka kembali ke Shafa, maka langkah ini dihitung sebagai kali kedua, dan jika mereka kembali ke Marwah setibanya dari Shafa, berarti mereka sudah melakukan tiga langkah Sa’i, begitu seterusnya sampai ketujuh kali. Selama berjalan antara bukit Shafa dan Marwah pulang pergi jamaah dianjurkan berzikir dan berdoa 

Apabila ada jemaah yang merasa kurang sehat, dapat dibantu dengan kursi roda. 

 

Kisah Dibalik Sa’i

Awal mula terciptanya Sa’i tak terlepas dari kisah kasih sayang seorang ibu bernama Siti Hajar, yang merupakan istri dari Nabi Ibrahim AS ('alaihis-salam) dan ibu dari Nabi Ismail AS. Sa’i tercipta berawal dari kisah Siti Hajar yang mencari air karena anaknya yang kala itu sedang sangat kehausan.

Pada waktu itu, Nabi Ibrahim AS mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk meninggalkan keluarganya di gurun yang amat tandus. Tentu saja, Siti Hajar merasa sedih dan sangat kebingungan akan rencana yang harus dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Walaupun ia sempat bertanya pada Nabi Ibrahim AS kemanakah ia akan pergi, Nabi Ibrahim AS pun hanya terdiam dan melanjutkan perjalanannya.

Namun, saat Siti Hajar bertanya apakah ini adalah rencana dari Allah SWT, Nabi Ibrahim AS pun akhirnya membuka mulutnya, dan menjawab “Ya”. Mendengar jawaban tersebut, Siti Hajar menjadi lebih lega, dan yakin bahwa Allah SWT tidak akan pernah menyia-nyiakan nasib mereka.

Tak lama kemudian, Nabi Ibrahim AS pergi meninggalkan Siti Hajar dan anaknya dengan membekali makan dan minuman. Namun lama-kelamaan persediaan mereka habis, dan akhirnya Siti Hajar harus pergi mencari air untuk anaknya yang kehausan.

Dari tempat ia berpijak, Siti Hajar melihat ada sebuah bukit yang bernama Shafa. Ia berharap untuk menemukan air di sana. Namun sesampainya ia di bukit tersebut, Siti Hajar tidak menemukan apa-apa. Ia pun akhirnya turun ke bukit Marwah dengan harapan yang sama, namun hasilnya juga sama saja. Siti Hajar pun terus kembali ke Bukit Shafa dan Marwah sampai 7 (tujuh) kali banyaknya.  

Tak lama setelah itu, ia mendengar suara gemericik air, dan mencari di mana sumber suara itu berada. Siti Hajar pun sangat terkejut ketika mendapati pancuran air deras yang muncul di bawah telapak kaki Nabi Ismail AS. 

Sumber air itulah yang kemudian menjadi sumber air zamzam yang kita kenal sekarang. Bahkan sampai saat inipun, sumber air zam-zam tidak pernah mengalami kekeringan atau surut. Rombongan musafir pun akhirnya memutuskan untuk menetap di sekitar sumber air ini, dan jadilah Kota Mekah yang saat ini semakin berkembang.

Inilah tempat yang sekarang menjadi pusat peribadatan seluruh umat muslim di dunia. Dari kisah Siti Hajar tersebutlah, dasar dari ibadah Sa’i pertama kali tercipta dan akhirnya menjadi salah satu rukun ibadah haji dan umrah.
 

Baca juga: Cek Syarat Haji dan Dapatkan Porsi Haji Lebih Cepat di ACC ONE

Makna Ibadah Sa’i

Ada beberapa makna penting yang bisa kita ambil dari ibadah Sa’i ini sendiri. Secara bahasa, Sa’i sendiri diartikan sebagai “usaha” atau “berjuang”, yang begitu menggambarkan kisah perjuangan Siti Hajar untuk menemukan air. 

Makna Sa’i kemudian berkembang menjadi arti dari perjuangan hidup baik untuk pribadi sendiri, keluarga, atau lingkungan sekitar. Hidup harus dilakukan dengan penuh kesabaran, dan tawakal kepada Allah SWT. Meskipun kita dihinggapi dengan perasaan yang campur aduk, ingatlah bahwa Allah SWT akan selalu menemani kita tanpa terkecuali.

Demikianlah pembahasan mengenai pengertian, tata cara, dan juga makna dari ibadah Sa’i. Dengan melakukan kegiatan ini, diharapkan para jemaah bisa mengambil makna penting yang harus selalu diingat, yakni untuk menjalani hidup dengan kesabaran dan optimis untuk mendapatkan berkah dari Nya.

Walaupun menjadi salah satu rukun Islam yang wajib bagi yang mampu, banyak orang yang terhalang pergi ibadah haji karena lamanya waktu berangkat serta biaya yang harus dikeluarkan. Namun jangan khawatir, ACC ONE siap membantu Anda!

ACC ONE bisa membantu Anda dengan menyediakan perencanaan untuk berangkat haji lewat layanan ACC Syariah Haji. Dengan ACC Syariah Haji Anda bisa mendapatkan porsi haji dengan mudah tanpa harus menunggu begitu lama. Perhatikan informasi selengkapnya, dan ajukan segera di ACC ONE!